Kotoran ayamadalah pupuk organik yang baik, tetapi dengan semakin populernya pupuk kimia, semakin sedikit petani yang menggunakan pupuk organik.
Semakin banyak jumlah dan skala peternakan ayam, maka semakin sedikit pula masyarakat yang membutuhkan pupuk kandang ayam, semakin banyak pula pupuk kandang ayam, perubahan dan pertumbuhan pupuk kandang ayam, pupuk kandang ayam saat ini dapat dikatakan menjadi masalah yang memusingkan bagi semua peternakan ayam.
Meskipun kotoran ayam merupakan pupuk organik berkualitas tinggi, pupuk ini tidak dapat diaplikasikan langsung tanpa fermentasi. Ketika kotoran ayam diaplikasikan langsung ke tanah, ia akan terfermentasi langsung di dalam tanah, dan panas yang dihasilkan selama fermentasi akan memengaruhi tanaman. Pertumbuhan bibit buah akan membakar akar tanaman, yang disebut pembakaran akar.
Dahulu, beberapa orang menggunakan kotoran ayam sebagai pakan ternak sapi, babi, dll., tetapi prosesnya juga rumit. Penggunaannya dalam skala besar sulit; beberapa orang juga mengeringkan kotoran ayam, tetapi pengeringan kotoran ayam menghabiskan terlalu banyak energi, biayanya terlalu tinggi, dan bukan merupakan model pembangunan berkelanjutan.
Setelah orang-orang berlatih dalam jangka waktu yang lama,fermentasi kotoran ayammasih merupakan metode yang relatif layak. Fermentasi kotoran ayam dibagi menjadi fermentasi tradisional dan fermentasi cepat mikroba.
1. Fermentasi tradisional
Fermentasi tradisional membutuhkan waktu yang lama, umumnya 1 hingga 3 bulan. Selain itu, bau busuk di sekitarnya sangat menyengat, nyamuk dan lalat berkembang biak dengan subur, dan pencemaran lingkungannya sangat serius.
Bila kotoran ayam basah maka perlu ditambah pupuk kandang dan memerlukan tenaga kerja lebih banyak.
Dalam proses fermentasi, metode yang digunakan masih relatif primitif, yakni menggunakan mesin penggaruk untuk memutar penggaruk.
Meskipun investasi peralatan fermentasi tradisional relatif rendah, biaya penggunaan fermentasi tradisional untuk memproses 1 ton kotoran ayam juga relatif tinggi mengingat tingginya biaya tenaga kerja saat ini, dan fermentasi tradisional akan dihilangkan di masa mendatang.
2. Fermentasi mikroba cepat
Fermentasi cepat mikroorganisme menguraikan bahan organik kompleks menjadi bahan organik sederhana, dan juga menguraikan bahan organik menjadi bahan organik yang lebih kompleks. Proses ini merupakan degradasi dan dekomposisi bahan organik yang berkelanjutan hingga terurai menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan oleh lahan.
Mineralisasi bahan organik menyediakan nutrisi bagi mikroorganisme, menghasilkan lebih banyak karbon dioksida, air, dan nutrisi lainnya, mempercepat laju dekomposisi, dan melepaskan banyak panas. Oleh karena itu, fermentasi berlangsung sangat cepat. Umumnya, hanya dibutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk mengubah kotoran ayam menjadi pupuk organik.
Prinsip fermentasi mikroba cepat adalah sebagai berikut: biomassa bereproduksi dengan cepat dan terurai dengan cepat pada suhu dan lingkungan yang sesuai. Umumnya, pada kisaran 45 hingga 70 derajat, metabolisme pertumbuhan mikroba berlangsung sangat cepat, sekaligus membunuh bakteri dan zat berbahaya dalam feses.
Dalam lingkungan kecil yang relatif tertutup, mikroorganisme dapat terus berfermentasi, dan kotoran ayam dapat dengan cepat diubah menjadi pupuk organik hanya melalui proses pemberian pakan, produksi, dan keluaran normal.
Kotoran ayam yang diolah melalui fermentasi cepat mikroorganisme tidak berbau, dan kadar airnya hanya sekitar 30%.
Selain itu, fermentasi mikroorganisme yang cepat dapat sepenuhnya mengolah gas-gas berbahaya dan kemudian membuangnya, dan tidak ada gunanya mencemari lingkungan.
Penggunaan metode fermentasi cepat mikroorganisme dapat memperbaiki lingkungan perkembangbiakan dan meningkatkan efisiensi produksi. Kotoran ayam kering yang dihasilkan merupakan pupuk berkualitas tinggi untuk pakan hijau dan produk organik.
Waktu posting: 23-Jun-2022